
Jakarta, Pemerintah terus menggencarkan implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai salah satu program prioritas nasional dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini. Program yang digagas di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto ini menyasar pelajar tingkat pendidikan dasar di seluruh Indonesia, khususnya di daerah-daerah dengan angka stunting tinggi dan keterbatasan akses pangan sehat.
Program MBG tidak hanya berfokus pada pemenuhan gizi seimbang anak, tetapi juga menyentuh aspek ekonomi lokal. Dalam pelaksanaannya, pemerintah mendorong pengadaan bahan pangan berasal dari petani, peternak, dan pelaku UMKM setempat. Skema ini sekaligus membuka peluang baru bagi sektor ekonomi domestik, menciptakan rantai pasok yang memberdayakan masyarakat desa, dan mempercepat perputaran ekonomi daerah.
Founder dan CEO Center for Indonesias Strategic Development Initiatives (CISDI), Diah Satyani Saminarsih memandang keberhasilan program MBG dapat berkontribusi pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), terutama pada indikator harapan hidup dan pendidikan. Hal ini berdampak langsung pada kualitas generasi muda yang akan memasuki dunia kerja di masa depan.
Program MBG ini dampaknya sangat luas. Kalau gizi anak terpenuhi sejak usia sekolah, mereka tumbuh lebih sehat, daya pikirnya juga lebih baik, dan risiko sakitnya rendah. Anak yang sehat dan cerdas itu modal utama untuk membentuk generasi kerja yang unggul di masa depan, ujarnya.
Senada, Direktur Eksekutif di Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal menilai secara makro, keberhasilan program MBG dapat berkontribusi pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), terutama pada indikator harapan hidup dan pendidikan. Anak-anak yang tercukupi gizinya cenderung tumbuh sehat, memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik, dan tidak mudah sakit. Hal ini berdampak langsung pada kualitas generasi muda yang akan memasuki dunia kerja di masa depan.
Program MBG ini bisa mendorong peningkatan IPM, terutama pada indikator harapan hidup dan pendidikan. Ini tentu berdampak besar terhadap kualitas generasi muda kita yang nanti akan masuk dunia kerja. Jadi, program ini bukan hanya soal makan gratis, tapi juga investasi masa depan bangsa, ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana mengatakan dengan pendekatan multisektor dan partisipatif, Program MBG diharapkan menjadi fondasi penting dalam membangun generasi Indonesia yang sehat dan produktif. Tidak hanya memperbaiki gizi anak sekolah, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat dari bawah. Jika terus dikelola secara konsisten dan transparan, MBG berpotensi menjadi salah satu program paling berdampak dalam sejarah kebijakan sosial Indonesia.
Program MBG ini dirancang dengan pendekatan multisektor dan partisipatif, jadi dampaknya tidak hanya dirasakan di sekolah, tapi juga di lapisan ekonomi bawah. Kalau dikelola secara konsisten dan transparan, saya yakin MBG bisa jadi salah satu program paling berdampak dalam sejarah kebijakan sosial Indonesia, katanya.
Data Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa daerah-daerah yang telah mengimplementasikan uji coba program MBG mengalami peningkatan partisipasi sekolah dan konsentrasi belajar siswa. Anak-anak yang sebelumnya berangkat sekolah dalam kondisi lapar kini bisa menikmati asupan bergizi yang disiapkan langsung oleh dapur sekolah atau penyedia jasa boga lokal. Di sisi lain, belanja bahan makanan yang dilakukan dari produsen lokal memberi keuntungan langsung bagi petani dan UMKM pangan rumahan.
Pemerintah daerah diharapkan aktif mengintegrasikan program MBG dalam rencana pembangunan daerah (RPJMD), serta membentuk tim pengawasan terpadu untuk memastikan distribusi makanan berjalan efektif, higienis, dan tepat sasaran. Ke depan, Program MBG diharapkan tak hanya memperbaiki kualitas gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal yang berkelanjutan.