Program MBG Tingkatkan Nilai Ekonomi Produk Pangan Lokal Demi Ketahanan Nasional

oleh -11 Dilihat

Oleh: Dinda Anya)*

Program Memperkuat Budaya Gizi atau MBG telah dijalankan dengan tujuan utama mendorong peningkatan nilai ekonomi produk pangan lokal. Melalui pendekatan yang strategis dan terstruktur, program ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus membuka peluang baru bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah di sektor pertanian dan pangan.

Dalam pelaksanaannya, produk pangan lokal seperti umbi-umbian, serealia lokal, kacang-kacangan, hingga rempah-rempah telah didorong penggunaannya sebagai bahan utama dalam berbagai inovasi pangan. Proses ini tidak hanya bertumpu pada peningkatan konsumsi dalam negeri, tetapi juga diarahkan untuk memperluas akses pasar baik secara nasional maupun internasional. Dengan begitu, produk lokal yang dulunya kurang dikenal kini mulai dimanfaatkan secara lebih luas dalam berbagai sektor industri makanan.

Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, mengatakan inti dari tantangan sekaligus solusi dalam program pemenuhan gizi dan pemerataan akses pangan di Indonesia. Ditegaskan olehnya bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama percepatan pencapaian target tersebut. Pandangan ini sangat relevan dan perlu mendapat perhatian lebih luas dari seluruh pemangku kepentingan.

Persoalan gizi, khususnya yang menyasar anak-anak dan kelompok rentan, memang tidak dapat ditangani secara sektoral dan parsial. Tingginya angka stunting, kurangnya asupan gizi seimbang, serta belum meratanya distribusi pangan berkualitas menjadi masalah multidimensi. Oleh sebab itu, upaya penanganannya pun tidak bisa hanya mengandalkan satu lembaga atau satu sektor saja. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, akademisi, komunitas, hingga media massa.

Berbagai pelatihan dan pendampingan telah difasilitasi agar pelaku usaha pangan lokal mampu menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah. Proses pengemasan, pengolahan modern, hingga manajemen usaha telah diberikan dukungan melalui kerja sama lintas sektor. Produk yang dulunya hanya dipasarkan secara terbatas di lingkungan lokal kini telah berhasil menembus pasar ritel modern, baik secara offline maupun daring. Transformasi ini memperlihatkan bagaimana sinergi antara kebijakan pemerintah dan pelaku usaha dapat membawa dampak positif yang signifikan terhadap ekonomi masyarakat.

Kampanye edukasi konsumsi pangan lokal juga telah dijalankan di berbagai daerah. Melalui pendekatan berbasis komunitas dan pendidikan, pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pangan lokal sebagai sumber gizi dan ekonomi telah meningkat. Langkah ini dinilai efektif dalam mengubah pola konsumsi masyarakat yang sebelumnya lebih bergantung pada produk impor.

Ketua Majelis Pertimbangan Matahari Pagi Indonesia, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan dukungannya terhadap program pemenuhan gizi melalui pendekatan berbasis sekolah, memperlihatkan semakin kuatnya sinergi antara masyarakat sipil dan arah kebijakan nasional. Langkah ini tidak hanya mendukung program Memperkuat Budaya Gizi (MBG) yang dicanangkan pemerintah, tetapi juga mengamplifikasi komitmen terhadap peningkatan kualitas gizi anak-anak di sekolah, khususnya yang belum tersentuh langsung oleh program pemerintah.

Ketika sebuah organisasi masyarakat seperti Matahari Pagi Indonesia mengambil bagian dalam penguatan program nasional, hal ini menunjukkan bahwa isu pemenuhan gizi sudah mulai dianggap sebagai tanggung jawab bersama, bukan semata tugas pemerintah. Apalagi pendekatan yang digunakan bersifat terukur, dengan pengendalian kualitas di beberapa titik selama periode tertentu. Ini mencerminkan keseriusan dan niat baik untuk menjadi mitra aktif dalam pembangunan gizi yang berkelanjutan.

Dukungan terhadap sektor pertanian lokal juga telah diperkuat melalui kemitraan dengan koperasi, kelompok tani, dan UMKM. Hasil panen dari petani lokal telah dijadikan bahan baku utama dalam produk yang dipromosikan oleh Program MBG. Pendekatan ini sekaligus memberikan jaminan pasar bagi para petani, sehingga keberlanjutan produksi dapat dijaga dengan lebih stabil.

Berbagai kebijakan insentif seperti penyederhanaan izin usaha, bantuan teknis, serta akses pembiayaan usaha mikro telah dilibatkan dalam program ini. Semua pihak yang terlibat diarahkan untuk memperkuat rantai pasok pangan lokal agar dapat bersaing secara sehat dan berkelanjutan. Fokus pada pangan lokal dipandang bukan hanya sebagai solusi ekonomi, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya bangsa dan identitas kuliner nasional.

Pernyataan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo, mengenai penguatan konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) sebagai dasar pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) menunjukkan bahwa pendekatan program gizi nasional kini diarahkan lebih holistik dan berkelanjutan. Gagasan ini sangat tepat dan patut didukung penuh karena menjawab kebutuhan gizi anak secara menyeluruh, tidak sekadar memberi makan, tetapi juga mendidik soal pola konsumsi yang benar.

Dalam konteks pembangunan sumber daya manusia, penerapan prinsip B2SA merupakan langkah krusial. Pasalnya, banyak intervensi gizi yang gagal berdampak jangka panjang karena hanya berorientasi pada kuantitas, bukan kualitas dan keberagaman. Melalui pendekatan B2SA, anak-anak tidak hanya menerima makanan, tetapi juga dikenalkan pada konsep gizi yang benar, seperti pentingnya variasi bahan pangan, asupan protein, karbohidrat kompleks, vitamin, dan mineral, serta keamanan makanan.

Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam mendorong peningkatan nilai tambah produk pangan lokal. Program MBG menjadi salah satu bukti nyata bahwa strategi yang berpihak pada kekayaan alam dan kearifan lokal mampu memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Keberhasilan program ini diharapkan menjadi langkah awal dalam memperluas peluang ekspor produk pangan Indonesia di pasar global dan menjadikan pangan lokal sebagai tuan rumah di negeri sendiri.

)* Analis Kebijakan Pangan dan Gizi