Pemerintah Pastikan Program Makan Bergizi Tetap Berjalan Saat Libur Sekolah

oleh -3 Dilihat

Nama : Ricky Rinaldi )*

Meski tahun ajaran telah usai dan sekolah-sekolah tengah memasuki masa liburan, komitmen pemerintah terhadap pemenuhan gizi anak-anak Indonesia tak ikut libur. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah pusat melalui Badan Gizi Nasional (BGN) dipastikan tetap berjalan aktif selama libur sekolah. Ini membuktikan bahwa perhatian negara terhadap masa depan generasi muda tak terhenti hanya karena kalender akademik. Pemerintah memahami bahwa gizi bukan urusan musiman, tapi kebutuhan harian yang tak boleh terputus, terlebih bagi anak-anak dan kelompok rentan. Maka dari itu, berbagai penyesuaian teknis dilakukan agar manfaat program tetap hadir di tengah masyarakat meskipun aktivitas belajar mengajar dihentikan sementara.

Pihak BGN menegaskan bahwa prinsip utama pelaksanaan MBG selama libur adalah fleksibilitas dengan tetap menjaga sasaran utama. Siswa yang tetap hadir ke sekolah minimal sekali dalam seminggu akan menerima makanan bergizi secara langsung, sementara bagi siswa yang tak hadir, program dialihkan kepada kelompok masyarakat rentan seperti ibu hamil, menyusui, dan balita. Dengan pola distribusi yang menyesuaikan situasi lokal, pemerintah memastikan bahwa setiap jatah makanan bergizi tidak mubazir dan tetap jatuh ke tangan yang tepat. Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa MBG tidak hanya sekadar bantuan pangan, melainkan bagian dari investasi jangka panjang bangsa untuk menyiapkan generasi yang sehat dan cerdas.

Lebih dari itu, strategi pelaksanaan program saat libur juga dirancang menyentuh sisi edukatif dan sosial. Beberapa sekolah tetap membuka layanan minimal untuk penyaluran makanan, sementara sisanya dilakukan melalui posyandu atau pengiriman ke rumah. Bahkan ada pilihan penyaluran bahan makanan bergizi tahan lama—seperti telur, susu, dan buah—agar siswa tetap mendapat asupan yang cukup meski tidak hadir langsung ke sekolah. Ini bukan hanya solusi teknis, melainkan bukti kecermatan pemerintah merancang kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan riil masyarakat. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) juga terus bekerja, mencatat data, mengatur logistik, dan memastikan distribusi berjalan mulus tanpa jeda.

Staf Khusus Kepala BGN Bidang Komunikasi, Redy Hendra Gunawan, menyampaikan bahwa sejak awal skema liburan sudah dipersiapkan matang agar tidak terjadi kebingungan di lapangan. Ia menilai bahwa hal ini merupakan bentuk nyata dari kehadiran negara yang tidak hanya berhenti pada tataran slogan. Menurutnya, gotong royong tetap menjadi kekuatan utama dalam pelaksanaan program—dengan peran aktif sekolah, kader posyandu, PKK, dan masyarakat lokal dalam memastikan makanan bergizi tetap sampai ke tangan penerima. Dari desa hingga kota, dari pegunungan hingga pesisir, semua bergerak untuk memastikan tak ada anak Indonesia yang kekurangan gizi hanya karena sekolah sedang libur.

Dampak positif MBG bukan hanya terlihat dari sisi kesehatan, tapi juga ekonomi lokal. Pemerintah sengaja menggandeng UMKM makanan dan petani lokal sebagai penyedia bahan pangan, sehingga roda ekonomi tetap berputar bahkan selama masa liburan. Direktur Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat BGN, Tengku Syahdana, mengungkapkan bahwa jatah makanan yang dibagikan bukan hanya menyehatkan penerima, tetapi juga menghidupkan dapur para pelaku usaha kecil di sekitar sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa program ini menyentuh banyak sisi secara bersamaan: gizi, pendidikan, ekonomi, dan keadilan sosial.

Langkah adaptif tersebut turut diapresiasi kalangan akademisi. Beberapa pakar kebijakan publik menilai bahwa kebijakan mempertahankan MBG saat libur merupakan inovasi sosial yang membedakan Indonesia dari banyak negara lain. Ketika banyak pemerintahan dunia justru mengurangi layanan publik selama liburan, Indonesia justru memperluasnya. Pemerintah menjadikan liburan sebagai momentum memperkuat relasi sosial, meningkatkan kualitas layanan, dan menanamkan kebiasaan makan sehat sejak dini. Dalam pandangan mereka, MBG selama libur sekolah merupakan refleksi dari visi pembangunan manusia Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan.

Apresiasi publik pun terus mengalir. Banyak orang tua mengaku terbantu dengan kelanjutan program ini, terutama di daerah yang selama ini kesulitan mengakses pangan bergizi. Libur sekolah sering kali menjadi masa rawan karena anak-anak lebih sering di rumah tanpa pola makan teratur. Kini dengan adanya MBG yang tetap hadir, kekhawatiran itu perlahan teratasi. Anak-anak tetap bisa menikmati makanan sehat, dan orang tua tidak merasa terbebani. Lebih dari itu, rasa kehadiran negara di tengah masyarakat terasa nyata, bukan sekadar janji atau wacana.

Dengan pelaksanaan yang semakin baik, pengawasan yang ketat, dan dukungan masyarakat yang besar, Program Makan Bergizi Gratis selama libur sekolah bukan hanya berhasil dipertahankan, tetapi juga berhasil mengembangkan dampak positif yang jauh lebih luas. Pemerintah tidak hanya menjaga keberlangsungan, tetapi juga terus menyempurnakan skema, memperluas manfaat, dan memperkuat sinergi lintas sektor. Ini adalah contoh kebijakan publik yang dijalankan dengan semangat kepemimpinan transformatif dan keberpihakan pada rakyat kecil.

Dari sisi anggaran, pemerintah memastikan tidak ada pemotongan. Bahkan, penyesuaian siap dilakukan jika terdapat lonjakan jumlah penerima di lapangan. Ini menunjukkan bahwa MBG bukan sekadar program pelengkap, melainkan telah menjadi prioritas nasional. Dengan menjaga kontinuitas program selama libur, negara memberikan pesan kuat bahwa anak-anak Indonesia berhak tumbuh dengan sehat setiap hari, tak peduli musim atau jadwal sekolah. Ini bukan soal teknis semata, tetapi soal keberpihakan yang nyata. Di balik sepiring makan siang, tersimpan masa depan yang lebih cerah bagi bangsa.

*)Pengamat Isu Strategis